Anggota Exco PSSI Haruna Soemitro mengatakan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong merasa tersinggung saat rapat evaluasi usai Piala AFF 2021 di Singapura.
Swperti diketahui, Timnas Indonesia yang berisikan mayoritas pemain muda keluar sebagai runner-up usai kalah agregat 2-6 dari Thailand pada dua laga final Piala AFF 2020.
Hasil runner up itu menjadi yang keenam kalinya bagi skuad Garuda disepanjang sejarah Piala AFF sekaligus menyamai rekor pelatih sebelum-sebelumnya.
Menurut Exco PSSI Haruna Soemitro, persepsi tersebut membuat Shin Tae Yong tidak senang dengan respons Exco PSSI dalam rapat evaluasi itu.
“Tersinggungnya itu bisa dibilang begini, Indonesia itu kalau hanya runner-up sudah biasa,” ujar Haruna, Minggu (16/1).
“‘Sebelum Anda itu [Indonesia] sudah lima kali jadi runner-up’. Ya ada atau tidak adanya Shin Tae Yong itu prestasi tertinggi kita itu runner up,” ucap Haruna menambahkan.
Menurut Haruna, capaian di Piala AFF 2021 itu berbeda dengan ekspektasi publik Indonesia terhadap Shin Tae Yong yang diharapkan meraih gelar juara.
Haruna membandingkan dengan ketika Shin Tae Yong akan menggantikan Luis Milla. Pada masa itu, suporter Indonesia ramai mendesak PSSI mempertahankan pelatih asal Spanyol tersebut karena dianggap bisa memberikan prestasi bagi Timnas Indonesia.
“Kalau prestasinya hanya runner up ya apa bedanya dengan yang kemarin [pelatih sebelumnya],” kata Haruna
‘Lebih-lebih kemarin ada yang ngomong, apa bedanya dia dengan Simon [McMenemy]. Simon juga maksimalnya runner up. Itu mungkin yang buat dia tersinggung,” kata Haruna.
Haruna menyebut, Shin Tae-yong sempat tersinggung saat rapat evaluasi pascatampil di Piala AFF 2020 digelar PSSI, Kamis (13/1) lalu.
“Shin Tae Yong tersinggung, seolah-olah kami ngerecoki dia,” ujar Haruna.
Dia kemudian menimpali bahwa dirinya bukan bicara atas nama pribadi, melainkan membawa aspirasi dari klub dan stakeholder sepak bola yang meminta untuk menyampaikan kepada Shin Tae-yong.
“Saya bilang, ini kritik untuk diskusi mencari jalan keluar bersama-sama. Bukan ngerecoki, tetapi berusaha mencari jalan untuk meraih prestasi,” tuturnya.
Akhirnya, rapat tak bisa dilanjutkan dan deadlock setelah waktu yang tersedia tak mencukupi. Shin Tae Yong pada hari itu harus segera ke bandara karena terbang ke Bali untuk memantau kompetisi Liga 1.
“Deadlock, karena dia harus kejar pesawat ke Bali, nanti akan dirapatkan kembali di Bali,” tutur Haruna.
Shin Tae-yong sebelum meninggalkan rapat juga sempat mengeluhkan bahwa dirinya telah bekerja keras dan punya tugas yang berat. Bukan hanya menangani timnas senior, tetapi juga U-19 dan U-23.
“Namanya bekerja memang berat, makanya ada kritik kemudian diskusi untuk menemukan solusinya,” tandas pria yang juga Presidium KAHMI Jatim tersebut.